Sesiapa yang tidak mempercayai hadith Nabi s.a.w. sebagai sumber hukum Islam, maka tergolonglah di dalam golongan yang sesat. Inilah yang dikenali dengan kelompok anti hadith[1]. Ada tiga jenis kelompok anti hadith. [2]Pertama, kelompok yang menolak hadith-hadith Rasulullah s.a.w. secara keseluruhan.[3] Kedua, kelompok yang menolak hadith-hadith yang tak disebutkan dalam al-Qur’an secara tersurat ataupun tersirat atau yang bertentangan dengan akal sehat manusia.[4] Ketiga, kelompok yang hanya menerima hadith-hadith mutawatir[5] dan menolak hadith-hadith ahad[6] walaupun sahih. Mereka beralasan dengan ayat, “Sesungguhnya persangkaan itu tidak berguna sedikitpun terhadap kebenaran” [An-Najm: 28]. Cara mereka berhujah dengan ayat ini, tentu sahaja menurut penafsiran model mereka sendiri.
Berdasarkan kepada fakta ini, jelas membuktikan bahawa pegangan dan sistem kepercayaan golongan antihadith adalah bersifat liberal iaitu bebas di dalam memahami dan mempercayai autoriti dan autensiti Hadith Nabi s.a.w sepertimana yang diimani oleh golongan terawal di kalangan al-Sahabah dan al-Tabi’in. Fahaman ini terus berkembang mengikut zaman dan didukungi oleh sekelompok umat Islam yang bergurukan dan bertuankan kepada dua musuh utama Islam iaitu Kristien dan Yahudi. Fakta ini dikemukakan berdasarkan kepada perkembangan yang berlaku di dunia Islam seperti di Indonesia dan di Malaysia.
Di dalam kontek Indonesia, di antara kelompok antihadith yang wujud, salah satunya ialah kelompok yang mengikuti pemikiran dari Rashad Khalifa. Beliau merupakan seorang insinyur kimia lulusan Universitas Arizona. Gerakan ini dinamakan The Qur’anic Society. Gerakan ini hadir menyusul di seminar missionaris Kristien dan Yahudi dimana beliau menyampaikan makalahnya yang berjudul “Islam: Past, Present and Future”.
Kempen mendistorsi Islam di Indonesia ini memang sangat digalakkan oleh kerajaan Amerika Syarikat, antara lain melalui program iklan kempen citra positif AS,[7] menyusul ditolaknya “alasan” penyerangan ke atas Iraq dan Afghanistan. Gerakan ini dilembagakan melalaui USAID, dan juga Asia Foundation. Seorang aktivis jaringan Islam liberal, Ulil Abshar Abdalla pernah mengaku secara terbuka beliau menerima dana dari Asia Foundation sebesar Rp. 1,4 Milyar pertahun.[8]
Pada tahun 2002, media-media di Indonesia memasang iklan mengenai kehidupan muslim di Amerika dengan tawaran Rp. 250 juta untuk setiap iklannya. Pada tahun 2003, Washington juga menyalurkan dana sebesar 170 juta U$ (sekitar 1,428 Trilyun Rupiah) untuk sekolah-sekolah dan pesantren-pesantren di Indonesia untuk membendung ajaran-ajaran radikal di Pasantren.[9] Bantuan itu disalurkan ke sekolah negeri dan sekolah Islam yang “dinilai moderat”.
Ramli Abdul Wahid menjelaskan bahawa secara historis, Antihadith sudah muncul pada abad kedua Hijriah. Imam asy-Syafi’i (150-204 H) mengemukakan dialognya dengan antihadith secara panjang lebar dalam kitabnya, Al-Umm jilid VII. Kemudian, pada zaman modern muncul pula sejumlah pemikir yang mengikuti, samada secara total mahupun secara parsial, corak berpikir antihadith liberal, antara lain Taufiq Sidqi dan Ali Hasan Abd. Al-Qadir di Mesir, Said Ahmad Khan, Garrah Ali dan Gulam Ahmad Parwez di India-Pakistan, Kassim Ahmad di Malaysia, Rasyad Khalifah di Amerika, Haji Abdurrahman, Ustaz H. Sanwani, dan Ir. Irham Sutarto di Jakarta, Dailami Lubis di Sumatera Barat.[10]
Sebelum mereka, terdapat dua orang tokoh orientalis sekaligus antihadith liberal terkenal yang juga boleh disebut sebagai perintis aliran sesat dan anti hadith zaman moden yang bernama Prof.Dr.Ignac Goldziher (1850-1921)[11] dan Joseph F. Schacht (1902-1969).[12] Pemikiran kedua tokoh ini telah banyak dibantah oleh ulama dan ilmuan Islam, di antaranya Mustafa al-Siba’i, dalam bukunya al-Sunnah wa Makanatuha fi al-Tasyri’ al-Islami (1949). Kedua, Muhammad Ajjaj al-Khatib dalam bukunya al-Sunnah Qabl al-Tadwin (1964). Ketiga, Muhammad Mustafa Azami dalam bukunya Studies in Early Hadith Literature (1967). Sedangkan di Indonesia, Ali Mustafa Yakub juga menangkal pemikiran kedua tokoh anti hadith tersebut dalam bukunya, Kritik Hadis (1995).[13]
Selanjutnya, menurut Ramli Abdul Wahid, hukum orang yang mengingkari Sunnah yang berkualiti mutawatir adalah kafir, sedangkan orang yang mengingkari hadith ahad adalah fasik.[14] Dalam ilmu hadith, dikatakan sesuatu itu hadith apabila ia berasal daripada Rasul, dan ia terdiri dari sanad (orang yang meriwayatkan hadith) dan matan (isi atau redaksi dari hadith tersebut). Manakala suatu hadith tidak ada sanadnya maka itu tidak dikatakan hadith. Hadith Nabi saw. secara periwayatannya ada yang belangsung secara mutawatir dan ada yang ahad. Hadith yang berkategori mutawatir tidak perlu diadakan penelitian terhadapnya dan wajib mengamalkannya, sementara untuk hadith yang berkategori ahad perlu diadakan penelitian, samaada sanadnya mahupun matannya. Jika hadith ahad itu sudah masuk dalam kategori maqbul, maka wajib menerimanya sebagai sumber ajaran Islam setelah al-Qur’an.
Beberapa Ajaran Pokok Antihadith yang liberal sesat,[15] iaitu :
- Dasar ajaran Islam hanyalah al-Quran kerana al-Quran sudah lengkap dan sempurna
- Tidak percaya dan menolak seluruh Hadith Nabi saw.
- Nabi Muhammad s.a.w. tidak berhak untuk memberikan penjelasan apa pun tentang al-Quran
- Syahadah mereka adalah Isyhadu bi annana muslimun (saksikan kamulah bahwa kami orang-orang Islam)
- Rakaat dan cara salat terserah kepada masing-masing, boleh dua rakaat dan boleh dengan eling (ingat) saja.
- Puasa wajib bagi yang melihat bulan saja, tidak wajib bagi orang yang tidak melihatnya dengan alasan ayat faman syahida minkumusy syahra falyashumhu (Barang siapa yang melihat bulan di antara kamu maka hendaklah ia puasa) (Q.S.al-Baqarah/2:183).
- Haji boleh dilakukan selama bulan-bulan haram, yaitu Muharram, Rajab, Sya`ban, dan Zulhijjah
- Pakaian ihram boleh dengan celana, baju, jas, dan dasi.
- Orang yang meninggal tidak disalatkan karena tidak ada perintah dalam al-Qur’an.
- Pengajian-pengajian antihadith di Jakarta membuat semua salat dua-dua rakaat tanpa azan dan iqamah.
Pendalilan nas yang menjadi sandaran golongan Antihadith liberal[16]:
- Adapun dalil-dalil atau alasan-alasan antihadith dapat dibahagi kepada dua macam, iaitu dalil al-Qur’an dan alasan akal. Dalil al-Qur’an antara lain adalah :al-Qur’an surah al-Nahl ayat 89 : “Kami turunkan kepadamu al-Qur’an untuk menjelaskan segala sesuatu”.
- Surah al-An`am ayat 38 :“Tidak Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-Qur’an”.
- Surah al-Maidah ayat 3 :“Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu agamamua dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuredai Islam itu sebagai agamamu ”Ketiga ayat ini dan ayat-ayat yang senada menunjukkan bahwa al-Qur’an telah menjelaskan segala sesuatu. Al-Qur’an tidak memerlukan keterangan tambahan lagi karena penjelasannya tentang Islam sebagai agama sudah sempurna.
- Surah al-Najm ayat 3-4:“Dan ia (Muhammad) tidak bertutur menurut hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain wahyuyang diwahyukan kepadanya.”Yang diwahyukan itu sudah termaktub dalam Alquran.
- Surah al-Haqqah ayat 44-46:“Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas nama Kami niscaya Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami akan potong urat tali jantungnya.”
- Surah Ali Imran ayat 20; al-Maidah ayat 92, 99; al-Ra`d ayat 40; al-Nahl ayat 35, 82; al-Nur ayat 45; al-`Ankabut ayat 18; al-Syura ayat 48.Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa tugas Nabi Muhammad hanyalah menyampaikan pesan Allah s.w.t dan tidak berhak memberikan penjelasan apa pun.
- Surah Fathir ayat 31 ““Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yakni al-Qur’an itulah yang benar (haqq).”8. Alquran surat Yunus ayat 36 :
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran.” - Hadith itu hanyalah persangkaan yang tidak layak dijadikan hujah.
Adapun pendalilan ’aqli adalah sebagai berikut[17] :
- Al-Qur’an dalam bahasa Arab yang jelas. Orang yang paham bahasa Arab paham Alquran. Kelompok antihadith mengatakan bahawa manakala seseorang itu memahami bahasa Arab, iapun tak memerlukan penjelasan lain. Sebab, Alquran diturunkan dengan bahasa yang jelas. Oleh itu, Rasul tak diperlukan dalam menjelaskan Al-Qur’an yang memang sudah jelas.
- Perpecahan umat Islam karena berpegang pada hadith-hadith yang berbeda-beda.
- Hadith hanyalah dongeng karena baru muncul di zaman tabi’in dan tabittabiin
- Tidak satu hadith pun dicatat di zaman Nabi. Dalam periode sebelum pencatatan Hadith, manusia berpeluang untuk melakukan pembohongan.
- Kritik sanad baru muncul setelah satu setengah abad Nabi wafat
- Konsep tentang seluruh sahabat adil muncul pada akhir abad ketiga Hijrah.
[1] Pengertian sebagaimana dikemukakan oleh H.Ramli Abdul Wahid, adalah sebuah gerakan intelektual untuk tidak mempercayai autentisiti dan originaliti Sunnah Rasul s.a.w. secara keseluruhan atau sebahagian sahaja. Hal itu dilakukan bukan atas dasar legitimasi ilmu hadith melainkan kerana alasan rasionaliti atau hawa nafsu semata. Ramli Abdul Wahid (2005), Studi Ilmu Hadis, Bandung : Citapustaka Media, h. 270[2] Ishak Hj.Suliaman, at.al, (2007), Autoriti Hadis Menangani Gerakan Antihadis, Kuala Lumpur : Penerbit Universiti Malaya, h. 145-147.
[3] Menurut kelompok ini, hadith sudah terdapat dalam Al-Qur’an sendiri, jadi tidak perlu lagi dengan keterangan Hadith. Mereka beranggapan Rasul s.a.w. tidak ada hak tentang urusan agama. Sebab tugasnya hanya menyampaikan Al-Qur’an sahaja. Lihat, Ahmad Husnan (1981), Gerakan Ingkar Sunnah dan Jawabannya, Jakarta : Media Dakwah, h. 3-4.
[4] Memang ada sebahagian kaum Muslimin yang beramal dan berhujjah dengan Hadith, dalam hal-hal ibadah secara umum. Seperti sembahyang, zakat, haji dan lain-lain. Namun, mereka tidak mahu percaya dan berpegang kepada Hadith yang bertentangan dengan akal pikiran yang sehat, terutama pada sebahagian hadith-hadith yang menerangkan masalah ghaib, contohnya berkenaan dengan terjadinya perjalanan isra’ dan Mi’raj Rasul s.a.w. kelompok ini tidak menerima semua hujjah Hadith. Mereka menolak Hadith yang menurut penilaiannya bertentangan dengan akal pikiran yang sehat. Jadi mereka mengatakan tidak mungkin Hadith yang sahih bertentangan dengan akal manusia. Lihat, Ibid.
[5] Mutawatir menurut bahasa berarti mutatabi’ yakni yang (datang) berturut-turut dengan tidak ada jaraknya. Bila ditinjau dari terminologi, hadis mutawatir adalah Hadis yang diriwayatkan oleh banyak orang, yang menurut adat mustahil mereka bersepakat untuk berdusta. (Jumlah banyak itu) sejak awal sanad sampai akhirnya, dengan syarat jumlah itu tidak kurang pada setiap tingkatan sanadnya. Lihat, Ahmad bin Muhammad al-Fayyumi (1398 H/1978 M), al-Misbah al-Munir fi Gharib al-Syarh al-Kabir li ar-Rafi’i, juz 2, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut, h. 321, juga lihat, Muhammad Ajjaj al-Khatib (1409 H/ 1989M), Usul al-Hadith ‘Ulumuhu wa Mustalahuh, Dar al-Fikr, Beirut, h. 301.
[6] Secara bahasa kata ahad, atau wahid berarti satu. Maka khabar ahad atau khabar wahid, adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu orang. Adapun yang dimaksud dengan hadis ahad adalah “hadith yang tidak memenuhi syarat-syarat hadith mutawatir (ma lam yajma’ syurut al-mutawatir). Lihat, Jalal al-Din al-Suyuti (1409 H/1988M), Tadrib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawi, juz 2, Dar al-Fikr, Beirut, h. 120, juga lihat, Mahmud al-Tahhan (1979), Taisir Mustalah al-Hadith, Beirut : Dar al-Qur’an al-Karim, h. 22.
[7] Melalui Konsulat Jenderal Amerika di Medan-Indonesia, agen Amerika membagikan buku-buku tentang Amerika Serika secara percuma kepada mahasiswa IAIN-SU Medan tahun 2004. Buku-buku tersebut, berkenaan dengan gambaran politik, ekonomi, sosial budaya di Amerika, yang maju, demokratis dan toleran terhadap penganut agama lain.
[8] Majalah Suara Hidayatullah, Tahun 2004.
[9] Weekend Australia dalam Indopos 5/10/2003.
[10] Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadith, Bandung :Cita Pustaka Media, 2005, h.262-266.
[11] Goldziher ialah seorang keturunan Yahudi Tulen. Beliau dilahirkan di Hongaria sekitar tahun 1850- dan meninggal sekitar tahun 1921. Kedua orang tuanya tukang mas di Hungaria dan beragama Yahudi. Dalam usianya yang cukup muda iaitu 19 tahun (1869), Goldziher dilantik menjadi Doktor dalam bidang Islamologi di Jerman di bawah bimbingan Prof. Rodiger. Beliau mendapat beasiswa untuk belajar di Universiti Al-Azhar, Kairo, Mesir, pada tahun 1873 hingga 1974 guna memperdalam agama Islam. Beliau sarjana Yahudi pertama yang mendapat gelar Profesor di Universiti Budapest tahun 1894. Beliau mempublikasikan bukunya yang cukup kontroversi, Muhammedanische Studien (1890) buku inilah yang menghuraikan bahawa hadith bukanlah sumber hukum Islam. Lihat, Patricia Crone (2002). Roman, Provincial and Islamic Law. Cambridge : Cambridge University Press, h. 3.
[12] Joseph F. Schacht ialah seorang orientalis, yang lahir pada 15 Mac 1902 di Ratibor (Upper Silesia), Poland. Beliau meninggal di Englewood, 1 Ogos 1969. Beliau ialah seorang keturunan Inggeris-Jerman. Beliau professor dalam bidang kajian Arab dan Islam di Universiti Columbia, New York. Beliau merupakan pembimbing para sarjana Barat dalam bidang Hukum Islam. Bukunya yang terkenal ialah Origins of Muhammadan Jurisprudence (1950). Lihat, Jeanette Wakin, Remembering Joseph Schacht (1902‑1969), Cambridge, Amerika Serikat, Islamic Legal Studies Program Harvard Law School (ILSP): Occasional Publications, 4 Januari 2003, h. ix-x.
[13] Bukunya ini diterbitkan oleh Pustaka Firdaus, Jakarta, cet. ke-1, Agustus 1995.
[14] Dikemukakan eliau dalam memberikan Kuliah Hadith di PPs. IAIN-SU tahun 2001.
[15] Tentang hal ini lihat, Ramli Abdul Wahid, Telaah terhadap Paham dan Argumen Inkar Sunnah, Pusat Penelitian IAIN-SU, Tahun 2007. juga baca, Abduh Zulfidar Akaha (2006), Debat Terbuka Ahlu Sunnah Versus Anti hadith, Al-Kautsar, Jakarta.; M.Syuhudi Ismail (1995), Hadits Nabi Menurut Pembela, Pengingkar Dan Pemalsunya, Jakarta : Gema Insani Press.
[16] Ibid.
[17] Lihat, Ibid.